Blog

  • Mengenal Kondisi Jadzab

    Jadzab adalah sebuah istilah sentral dalam tasawuf (sufisme) yang merujuk pada suatu kondisi spiritual atau hâl (keadaan) yang luar biasa. Secara etimologi, istilah ini berasal dari kata jadzb yang memiliki makna tarikan atau penarikan. Kondisi ini terjadi ketika seseorang secara tiba-tiba dan tanpa disangka-sangka ditarik langsung oleh Kekuatan Ilahi menuju hadirat Allah SWT. Ini adalah anugerah murni dan bukan hasil dari usaha keras atau disiplin spiritual yang telah direncanakan (suluk), melainkan manifestasi langsung dari kasih sayang dan kehendak mutlak Tuhan kepada hamba-Nya yang terpilih.


    ​Kondisi Jadzab ini menggambarkan sebuah keadaan di mana hijab (batas kesadaran atau tirai spiritual) yang menutupi pandangan batin seseorang secara tiba-tiba tersingkap sepenuhnya. Penyingkapan ini memungkinkan orang tersebut untuk mencapai wushul (sampai atau koneksi langsung) ke hadirat ilahiah. Jiwa orang yang mengalami jadzab, yang kemudian dikenal sebagai Wali Majdzub atau Wali Jadzab, mengalami guncangan batin yang dahsyat karena mengalami penyaksian nyata terhadap kesempurnaan Dzat dan Sifat-Sifat Allah yang melampaui batas pemahaman akal manusia.


    ​Akibat dari penyaksian dan wushul yang intens ini, Wali Majdzub sering kali menunjukkan perilaku yang tidak biasa atau aneh, yang dalam istilah tasawuf disebut syatahah. Mereka menjadi tenggelam dalam keasyikan dan kecintaan yang mendalam (mabuk) kepada Allah, sehingga perhatian mereka sepenuhnya terlepas dari urusan duniawi dan norma-norma sosial. Perilaku lahiriah yang tidak biasa ini sering kali disalahpahami oleh orang awam dan bahkan membuat mereka disangka sebagai orang yang mengalami gangguan jiwa, padahal hakikatnya batin mereka sedang berlayar dalam samudra makrifat (pengenalan) yang mendalam kepada Tuhan.


    ​Meskipun demikian, para ahli tasawuf membedakan antara Jadzab yang murni dengan jalan Suluk (pendisiplinan diri secara bertahap). Seorang Salik harus berusaha keras menempuh berbagai tahapan maqam (tingkatan spiritual) melalui ibadah dan mujahadah. Sementara Wali Majdzub langsung “ditarik” tanpa melalui proses tersebut. Namun, Jadzab yang sejati dan sempurna adalah yang dibingkai oleh Suluk. Artinya, ia ditarik oleh Allah, tetapi tetap mengamalkan syariat, menjadikannya gabungan antara Maqam Suluk dan Maqam Jadzab, yang dianggap sebagai tingkatan kewalian tertinggi.


    ​Pada intinya, kondisi Jadzab adalah penekanan bahwa jalan menuju Allah SWT tidak hanya melalui usaha keras manusia, tetapi juga melalui anugerah mutlak (fadhl) Ilahi. Wali Majdzub adalah sosok yang menjadi bukti nyata kekuasaan Allah untuk menarik siapa pun yang Dia kehendaki langsung ke dalam sirr (rahasia) hadirat-Nya, mengajarkan kepada kita untuk senantiasa berhusnuzhan (berprasangka baik) terhadap manifestasi spiritual yang melampaui akal dan batas pemahaman manusia biasa.

    IJAZAH THORIQOH JADZAB

    Setiap manusia yang terpesona dengan kekuasaan Allah merindukan kondisi spiritual yang ia bisa menjadi lebih dekat kepada Allah. Saat -saat terdekat itulah yang melahirkan pengetahuan makrifat.

    Jiwa manusia tidak akan terpuaskan oleh banyaknya materi. Jiwa manusia mencari cahaya (النور) yang mengeluarkan diri sejatinya dari kegelapan (الظلمات) . Kadang jiwa seorang yang sedang diliputi cinta (محبة) mampu mengantarnya menuju titik atau keadaan JADZAB .

    Kondisi Jadzab inilah yang memberikan pencerahan pada kehidupan seseorang hingga ia bisa lepas dari dunia materi menuju insan yang tersucikan hatinya dari jeratan -jeratan kehidupan. ia menjadi insan spiritual murni pada kondisi itu sehingga mampu mereguk nikmatnya makrifat.

    Cahaya batinnya ( نور البصيرة ) menjadi terang benderang. Ia diberi karunia untuk melihat alam dalam pandangan yang tak bisa dipandang semua orang dan doa -doa yang diucapkannya memiliiki frekwensi tinggi hingga mampu menembus berbagai hijab

  • Kisah Jin Muhair Bin Ahbar Pembela Rasulullah SAW

    Mengutip dari Kitab Al-Mawaidzul Ushfuriyah, karya Syekh Muhammad bin Abu Bakar Al-Ushtury, terdapat suatu kisah tentang Muhair bin Ahbar. Kala itu, Muhair bin Ahbar, pulang ke rumah dan didapatinya istrinya menangis. 

    la pun bertanya, “Kenapa engkau menangis?” dan istrinya menjawab “apakah kau tak tau bahwa si Musfir (salah satu jin kafir) telah menjelek-jelekkan Rasulullah sehingga beliau menjadi sedih”. 

    Lantas istrinya bercerita, “Pada saat pemuka quraisy bernama Walid bin Mughirah mengadakan perkumpulan mereka turut mengundang Rasulullah, orang-orang quraisy itu menanyakan tentang kebenaran nubuwah Nabi Muhammad SAW kepada berhalanya yamg diberi nama Hubal. Pada saat itulah jin Musfir merasuki berhala dan berbicara melalui berhala itu. Jin Musfir memperolok Rasulullah, orang-orang quraisy pun bahagia karena mendengar itu, mereka menganggap berhalanya hidup & dapat berbicara serta mereka ikut memperolok Rasulullah hingga rasul pun pulang dalam keadaan sedih”. 

    Mendengar cerita itu dari istrinya, Jin Muhair bin Ahbar pun sangat marah. Ia mencari jin Musfir yang telah memperolok Rasulullah. la mengejarnya hingga membawanya ke Makkah. Dan akhirnya ia menemukannya di antara Shafa dan Marwah, lantas dibunuhlah jin Musfir di sana. 

    Nabi SAW dalam perjalanan pulang dengan perasaan sedih tiba-tiba bertemu penunggang kuda. Setelah dekat, penunggang kuda mengucapkan salam kepada beliau. Nabi SAW berkata, “Siapa kamu? Salam yang kamu ucapkan sungguh terasa amat indah bagiku?”. 

    “Saya Muhair lbnu Ahbar dari bangsa jin, saya telah memeluk Islam sejak jaman Nabi Nuh AS,” kata Muhair. 

    Mulailah Muhai Ibnu Ahbar menceritakan, bahwa telah melihat istrinya menangis dan cerita tentang beliau bersama Walid, juga pengejarannya terhadap jin Musfir. 

    la juga menceritakan kepada Rasulullah kalau baru saja membunuh Musfir di antara Shafa dan Marwah, kepalanya terpotong dan berada di kandang kuda, sedangkan badannya terbang di antara shafa dan Marwah, menyerupai seekor kambing tanpa kepala. 

    la juga menunjukkan pedangnya yang masih berlumur darah Musfir. Lantas Rasulullah kemudian berkata, “Tinggal di mana anda?” Musfir menjawab “Saya tinggal di Gunung Tursina!!”. 

    Kemudian Muhair berkata lagi, ” Ya Rasulullah, apakah engkau tidak ingin aku mengejek mereka lewat berhala-berhala mereka, sebagaimana mereka telah mengejek engkau.”

    “Lakukan saja kalau engkau suka,” Kata Nabi SAW.

    Tampaknya kaum kafir Quraisy masih “mabuk kemenangan” dengan peristiwa sebelumnya sehingga mereka mengundang Nabi SAW untuk hadir dalam pertemuan yang sama keesokan harinya. Mereka menghiasi Hubal dengan baju dan berbagai persembahan, kemudian berkata, “Hai Hubal, betapa cerah penglihatanku hari ini jika engkau mengejek Muhammad.”

    Muhair yang telah siap di tempat tersebut, segera masuk ke dalam Hubal dan mengeluarkan perkataan yang sangat mengagetkan kaum kafir Quraisy, “Wahai penduduk Makkah, ketahuilah bahwa Muhammad ini adalah Nabi yang haq, agamanya benar, ia mengajak  kepada jalan yang benar. Kalian semua dan berhala-berhala kalian ini tidak ada gunanya, jika kalian tidak membenarkan dan mengimaninya, kalian akan berada di neraka jahanam, kekal di dalamnya. Ikutilah Muhammad, ia Nabi Allah, dan mahluk terbaik-Nya.”

    Kaum kafir Quraisy terlongong tak percaya, dari “bibir” berhala Hubal yang sama, tetapi sangat jauh berbeda dengan perkataan kemarinnya. Abu Jahal segera tanggap atas situasi tersebut, ia segera bangkit dan mengambil berhala Hubal, kemudian membanting ke tanah hingga pecah berkeping-keping.

    Nabi SAW pulang dengan gembira. Beliau juga sempat memberikan nama baru buat Muhair, yakni Abdullah bin Ahbar. Ibnu Ahbar sangat gembira dengan pemberian nama baru oleh Nabi SAW tersebut, ia menyenandungkan syair untuk membanggakan nama barunya dan perjuangannya membela Nabi SAW.

    (Kisah ini juga telah dimuat dibeberapa media online terkemuka)

  • Tanda -Tanda Terkena Sihir Ain

    Dalam dimensi spiritual, Sihir (gangguan yang disengaja melalui perantara) dan Ain (pandangan mata penuh hasad atau kekaguman ekstrem yang menimbulkan dampak negatif) seringkali menunjukkan gejala yang tumpang tindih dan sangat halus. Penting untuk membedakan gangguan ini dari penyakit medis atau stres psikologis biasa, sebab tanda-tanda gangguan spiritual seringkali datang secara tiba-tiba, tanpa sebab yang jelas, dan cenderung memburuk ketika mendekati ibadah atau amalan spiritual tertentu. Mengenali tanda-tanda ini adalah langkah awal untuk mencari penyembuhan yang tepat.

    Secara umum, tanda-tanda awal sering dimanifestasikan melalui gangguan fisik dan psikologis yang tidak dapat dijelaskan secara medis. Korban mungkin mengalami sakit kepala kronis yang berpindah-pindah, nyeri di bagian tubuh tertentu tanpa diagnosis, atau demam yang naik turun, terutama menjelang malam. Secara psikologis, akan timbul rasa Khawf (ketakutan) yang ekstrem, depresi, dan rasa terasing dari lingkungan sekitar, termasuk keluarga atau pasangan. Penderita juga seringkali merasakan Waswas (bisikan keraguan) yang intens, kecemasan yang berlebihan, dan membenci rumah atau tempat tinggalnya sendiri tanpa alasan logis.

    Pada tingkatan yang lebih parah, gangguan ini menimbulkan Ta’ṭīl (penghalang) dalam aspek kehidupan sehari-hari. Seseorang yang terkena sihir atau ain mungkin mengalami kegagalan berulang dalam urusan pekerjaan, pendidikan, atau terhambatnya proses pernikahan padahal semua syarat telah terpenuhi. Tanda khas lainnya adalah perilaku yang tidak wajar dan mendadak; misalnya, munculnya kebencian yang kuat terhadap pasangan hidup secara tiba-tiba, atau penolakan keras terhadap segala bentuk nasihat keagamaan. Yang paling mencolok, penderita akan merasakan beban yang sangat berat dan rasa malas yang luar biasa untuk melakukan Dzikir, membaca Al-Qur’an, atau mendirikan shalat.

    Meskipun gejala di atas adalah petunjuk spiritual, ia harus disikapi dengan Yaqīn (keyakinan) penuh kepada Allah SWT. Jika tanda-tanda ini teridentifikasi, langkah yang harus diambil adalah meningkatkan benteng pertahanan diri dan mengobatinya melalui Dzikrullah yang konsisten dan mencari penyembuhan melalui Ruqyah dari praktisi yang terpercaya. Sebab, segala bentuk gangguan ruhani hanya dapat diangkat dengan izin dan Nūr (cahaya) dari Zat yang Maha Kuasa.

    Jika Anda ingin memiliki kemampuan mengobati sihir ain, sihir penyakit dan sihir kerejekian secara sekaligus maka gunakanlah Hizib Asmak Petir